Magnuzz Sosis

Minggu, 13 September 2015

Alasan Kenapa Karyawan Indonesia Tidak Maju-Maju

Jika ingin maju Indonesia harus banyak memiliki para pengusaha daripada para karyawan. Tapi masalahnya mengubah mental karyawan menjadi seorang pengusaha itu tak mudah. Ini karena karyawan-karyan di indonesia memiliki perilaku yang membuatnya tidak maju-maju.
Kali ini saya akan mengulas tentang mental-mental buruk para karywan yang harus mulai diubah jika ingin lebih sukses dari sebelumnya. Ingin tahu lebih lanjut? Berikut ini ulasannya.
  

1. Kerja Cuma Buat Di Bayar
Setiap Orang memang membutuhkan uang atau penghasilan dari pekerjaan yang ia lakukan. Tapi Karyawan yang hanya berorientasi pada penghasilannya saja tentu akan membuat karywan tersebut lebih susah untuk maju.Mereka memiliki prinsip ada uang ada rupa jadi jika bayaranya tak sesuai dengan yang diharapakan mereka jadi malas-malasan. Tidak ada dedikasi dan loyalitas pada tempat mereka kerja karena hanya berorientasi pada uang semata.
 2. Dateng,,, Kerja,,, Pulang
Untuk urusan jam kerja memang tidak terlalu buruk meskipun masih ada saja karyawan yang biasa mengkorupsi jam kerjanya utapi sebagian besar sudah disiplin mematuhi aturan jam kerja. Saking disiplinnya karyawan di indonesia sudah biasa datang kemudian kerja setelah selesai pulang begitu seterusnya.Padahal jika ingin lebih maju mereka juga harus berpikir untuk belajar mengembangakan kemampuan mereka di sela-sela waktu senggang. sehingga seiring berjalannya waktu para karyawan tersebut akan memiliki keahlian-keahlian baru dengan begitu mungkin selang beberapa tahun lagi dia tidak akan jadi karyawan melainkan jadi bosanya para karyawan.
 3. Cita-Cita Setinggi PNS
Tak bisa dipungkiri jika salah satu pekerjaan yang diidam-idamkan sebagian besar orang Indonesia adalah menjadi seorang PNS. Memang hal itu boleh-boleh saja dan Nggak ada yang salah dari pns.Tapi kebanyakan orang mikir enaknya aja. Jadi pns iku terjamin, mendapat uang pensiunan, banyak tunjangan dan masih banyak yang lainnya. Ini yang bikin mindset orang jadi “kalau nggak pns, nggak mapan” padahal semua kerjaan sama aja, membutuhkan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang sesuai harapan.
 4. Banyak Yang Bermental Karyawan Jarang Ada Yang Bermental Pengusaha
Apakah salah jika seseorang menjadi karyawan? Tentu tidak, Tapi jika ingin maju kita harus merubah mental dari yang seblumnya bercita-cita ingin bekerja di perusahaan menjadi mental seorang pengusaha.Hal ini sejalan dengan teori bahwa jika sebuah negara ingin maju maka entrepreneur atau wiraswasta harus mendominasi. Sedangkan di Indonesia hanya ada segelintir wiraswasta (dibawah 5%), jika dibandingankan dengan Amerika Serikat yang mempunyai 45% entrepreneur dari keseluruhan penduduk, tak heran jika negara itu terdapat sedikit sekali pengangguran. Kalau bisa menjadi “Tangan di atas”, knapa harus menjadi “Tangan di bawah”?


 5. Budaya Menyalahkan Orang Lain.
Orang jerman terkenal teknisnya, para teknisi jerman berprinsip ” Jika anda tidak bisa, maka saya akan mengaku salah, berikan saya alasan teknisnya, dan berikan saya suggestion nya?”. Di Indonesia ketika ada karyawan bermasalah mereka sibuk mencari pembenaran tentang apa yg telah mereka lakukan (hal ini di Pemerintah lebih parah) padahal logikanya, kalo udah kejadian, udah nggak penting siapa yg salah atau siapa yg benar?,,, tapi yg terpenting siapa yg bisa membenarkan? itulah orang yg penting…
Jika Agan adalah seorang karyawan, Mau sampaikan Agan akan menjadi karyawan yang begitu-begitu saja. Tentu Agan juga ingin menjadi orang-orang yang sukses bukan? Oleh sebab itu mulai sekarang Agan harus menghindari kebiasaan atau mental yang justru membuat Agan tidak maju-maju.6. Risk-Aversion Type.
 
Karyawan Indonesia tidak suka ambil resiko, yg penting aman deh?
Ada yg nggak berani pindah kerja, karena takut di tempat baru tidak berhasil.
Ada yg takut melakukan perubahan sistem, karena nggak mau repot.
Ada yg nggak mau terima usul-usul extrem, padahal yg dilakukan dia sekarang emang udah kuno bangeet.
Di Dunia Global sekarang Karyawan yg berani ambil resiko, akan lebih cepat majunya, contohnya: Orang IT yg kuliah sibuk belajar system informatika di kampus, ketika kerja dia dihadapkan ke komputer server, router,Voip dan wireless?
Padahal dikampus sibuk belajar system itu apa? cuma instal ulang komputer desktop dan Switch he he he…
Saya yakin 100% orang IT indonesia yg pintar pasti belajar dari komunitas, dan dunia lainnya...
 
 7. Budaya Nggak Enak
 
 
 
 
Yang ini benar-benar penyakit akut, ada karyawan yg nggak disiplin karena yg lainnya semua pemalas.
Ada atasan yg nggak enak kasih fasilitas lebih ke karyawan yg berprestasi hanya takut semua jadi iri.
Ada karyawan yg nggak enak menegur temannya yg salah,,karena nggak enak hati, nggak enak inilah…nggak enak itulah…
Jadilah sistem di Indonesia nggak enak lah kalo di ubah, "kan dari dulu begini kok! lancar aja?"
Ketika timbul masalah, baru rame-rame bilang yg ini salah, atau yg itu.
 
 

Bangun tidur kuterus….

‘Mandi’, ya pasti itulah yang diisi oleh sebagian besar pembaca ketika membaca judul di atas. Lagu karya Pak Kasur ini sudah begitu melekat di benak kita. Tetapi karena buku ini tentang produktivitas diri maka tentunya bukan itu yang dimaksud. Kita bisa mengisinya dengan ‘senang’ karena banyaknya hal menarik dan menantang yang akan dilakukan, bisa juga mengisinya dengan ‘stres’, atau ‘takut’ karena membayangkan macetnya jalanan dan dead line, ‘malas’ karena membayangkan beratnya beban hari ini……………
Ada orang yang memasang moda survival di harinya. Kriteria sukses dia adalah kalau bisa melewati hari dengan selamat. Artinya, tidak sampai ada orang yang marah-marah padanya.
Ada juga orang yang memasang moda senang dan nyaman. Orang dengan tipe ini akan selalu terdorong ke aktivitas yang paling menyenangkan dan nyaman buat dia. Kalau dia jadi karyawan, maka sesering mungkin bisa bermain games dan sesedikit mungkin kerja, adalah merupakan indikator kesuksesan.
Ada juga orang yang memasang moda ‘menenangkan diri’, karena harinya biasanya didera antara satu kekhawatiran dengan kekhawatiran lain, maka bisa menemukan aktivitas yang mengalihkan perhatian dia (seberapa ‘remeh’-pun aktivitas tersebut) maka berarti ia telah sukses menenangkan dirinya.
Bisakah Anda bayangkan apa output yang didapat, dari segi produktivitas, oleh orang-orang dengan moda di atas. Dan seberapa besar ia kemudian jatuh pada ketersudutan. Ketika kinerjanya makin lama makin rendah, akhirnya lebih banyak orang yang kecewa dan marah padanya. Ketika ia makin lama makin tidak memenuhi kompetensi kerjanya, karena hanya melakukan hal yang menyenangkan saja. Ketika ia makin lama makin sulit mencari cara untuk menenangkan diri. Ia akan tersudut antara tetap harus bekerja, dengan kekecewaan lingkungan terhadap kinerjanya, dan keinginan organisasi untuk mengeluarkannya!
Seorang petarung tahu bahwa untuk bisa memenangkan pertandingan maka memperkuat otot dan melatih ketrampilan bertarungnya adalah pilihan yang lebih masuk akal daripada menghindari pertandingan. Tidak sampai memar dan bengap karena tidak bertanding, bukanlah sebuah kemenangan!
Lalu, orang yang produktif memasang moda apa? Tentunya, memasang moda produktif. Selalu mencari cara untuk mengoptimalkan harinya, dengan tidak meninggalkan kesempatan untuk membuat hari yang nyaman. Pandai meramu hari antara kepentingan jangka pendek dan panjang. Antara menyelesaikan tugas dan membenahi sistem. Antara mengontrol dengan memberdayakan. Antara men-stretch diri dengan menyenangkan diri. Tidak ada porsi yang sempurna, tentunya. Tetapi semakin Anda mempunyai kebebasan dalam meramu hari dan menemukan cara untuk selalu bisa mencapai tahap ‘enjoyable productivity’ maka Anda sudah berada di zona tersebut, tinggal mem-fine tuning sesuai keinginan Anda.
Bangun tidur kuterus…..exited, senang, optimis, adalah hal-hal yang lebih sering ditemui pada orang yang produktif di pagi harinya. Dan tentunya, puji kepada Pencipta yang telah memberikan satu hari lagi kehidupan, sebuah kesempatan untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan tuntunanNya. Semoga Anda dan saya sukses memulai hari dengan positif.

An Improtant Winning

Kalau ada salah satu kemenangan penting dalam kehidupan seseorang, maka saya akan argue bahwa kemenangan dalam produktivitas sehari-hari adalah salah satunya.
Seseorang bisa menjadi mahasiswa teladan, aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan lulus dengan nilai terbaik.  Tetapi kalau dia tidak berhasil memenangkan perlombaan menjadi orang yang produktif setiap harinya, maka bisa jadi pencapaiannya setelah lulus tidak akan sebaik ketika mahasiswa.
Seseorang bisa menjadi karyawan yang rajin.  Sangat mendukung Bos nya.  Loyal pada organisasi.  Tetapi kalau dia tidak berhasil untuk secara konsisten produktif setiap harinya, bisa jadi prestasinya kalah cemerlang dengan mereka yang produktif.
Seorang CEO bisa orang yang pintar dan strategik.  Sangat pintar mempengaruhi orang lain.  Tetapi kalau ia tidak bisa mendefinisikan bagaimana mencapai produktivitas yang lebih tinggi setiap harinya, maka bisa jadi perusahaannya akan kalah bersaing dengan kompetitornya.
Mungkin ada sedikit hiperbolik dalam kalimat saya di atas.  Tetapi saya meyakini bahwa kalau kita terus fokus untuk menjadikan hari kita lebih produktif maka dalam jangka panjang, kita menjadi pemenang dalam kehidupan ini.  Kita mencapai apa yang ingin kita capai.  Kita sukses.
Menjadi produktif tidak berarti mengoptimalkan diri secara berlebihan.  Seorang petenis yang ingin berhasil dalam jangka panjang tidak bisa mem-push dirinya berlebihan.  Sehingga dia memenangi beberapa pertandingan tetapi kemudian tubuhnya kelelahan.  Bahkan ia juga paham bahwa cara-cara dia bermain yang ber resiko mencederai dia, perlu diperbaiki, sehingga tubuhnya tidak hanya fit tetapi juga jarang mengalami cedera.  Produktivitas diri umumnya berarti kinerja yang berkelanjutan, bukan sekedar kinerja jangka pendek.
Meskipun demikian, produktivitas diri memang dimulai dengan definisi kita sendiri mengenai bagaimana sebuah hari yang produktif.  Seberapa sibuknya, seberapa menyenangkan, seberapa impactnya.  Dan kalau kita sudah bisa mengintegrasikan antara aktivitas yang menyenangkan dan impactfull dan berhasil secara konsisten dari hari ke hari berusaha mencapainya, maka pada saat itu kita memenangkan salah satu pertandingan yang paling penting dalam hidup kita.  Yaitu ketika kita tidak hanya berupaya mencapai dream kita dengan efektif, tetapi memilih dream yang tepat bagi hidup kita.
Manajemen Produktivitas Diri ingin mencapai hal tersebut.

Kamis, 10 September 2015

Salam 3 Jari

:: Para Perampok Professional ::
Sewaktu perampokan di Guangzhou, China, perampok bank berteriak kesemua orang di bank: "Jangan Bergerak. Uang ini Milik Negara, Hidupmu milikmu." Semua orang di bank menunduk dengan tenang. Ini yang disebut "Konsep Merubah Pikiran" Merubah cara berpikir yang konvensional.
Ketika seorang wanita berbaring di meja secara profokatif, perampok berteriak padanya "Beradablah, Ini perampokan, bukan pemerkosaan!" Ini yang disebut "Professional" fokus hanya kepada apa yang kamu dilatih untuk..
Ketika Perampok kembali kerumah, perampok yang lebih muda (lulusan s2) berkata kepada perampok yang tua (lulusan sd): "Bang, ayo kita hitung berapa yang kita dapat." Perampok yang lebih tua bilang "Bego banget lo. Duitnya banyak gitu lama pasti ngitungnya. Malem ini lihat aja di TV bakal bilang berapa yang kita rampok dari bank!" Ini yang disebut "Pengalaman." Sekarang pengalaman lebih penting dari gelar..!
Setelah perampok pergi, manajer bank bilang pada supervisor bank untuk menelpon polisi secepatnya. Tetapi supervisor berkata: "Tunggu! Ayo kita ambil $10juta dollar dari bank untuk kita dan tambahkan ke $70juta dollar yang sudah diambil dari bank".
Ini yang disebut "Sambil Berenang Minum Air." Merubah keadaan tak baik menjadi keuntungan anda!
Supervisor berkata: " Akan sangat bagus bila ada perampokan setiap bulan."
Ini yang disebut "Membunuh Kebosanan" Kebahagiaan personal lebih penting dari pekerjaan anda.
Keesokan harinya, Berita TV melaporkan bahwa $100juta telah dicuri dari bank. Perampok menghitung dan menghitung, tetapi mereka hanya dapat $20juta dollar. Perampok sangat marah dan komplain "Kita meresikokan hidup kita dan hanya dapat $20juta dollar. Pekerja Bank mengambil $80juta dollar dengan santai. Sepertinya mendingan menjadi teredukasi daripada perampok!"
Ini yang disebut "Pengetahuan bernilai lebih banyak dari emas" Manajer bank tersenyum dan bahagia karena kekalahan di main saham dapat di bayarkan oleh perampokan yang terjadi. Ini yang disebut "Mengambil kesempatan." Berani mengambil resiko!
Jadi siapakah pencuri Sejati dan lebih professional disini?

Rabu, 09 September 2015

Salam 3 Jari


 STOP

 

Baru saja sampai di kantor, Bos sudah memanggil ke ruangan, menanyakan pekerjaan yang dia berikan minggu lalu dan menambah pekerjaan lagi. Kemudian, ketika sampai di meja kita, sudah ada beberapa dokumen yang perlu kita lihat. Ratusan e mail, langsung mengantri memasuki in box kita ketika kita menyalakan komputer. Overload!!. Itulah situasi yang kita hadapi, dan biasanya yang pertama terbayang di benak kita, adalah berteriak STOP, menghentikan semua tambahan pekerjaan tersebut. Saya ingin duduk tenang, mengatur nafas dengan baik, dan mengatur kembali jadwal saya. Seandainya…..
Kebanyakan kita, dalam situasi tersebut akan melarikan diri sehingga kita tidak tahu lagi berapa banyak pending item yang kita ‘coba lupakan’, sampai akhirnya ada yang berteriak mengingatkan kita, entah itu atasan kita, bawahan kita, atau mesin yang rusak, atau mobil yang mogok, atau atap rumah yang ambrol atau bahkan anak kita yang belum dibelikan mainan padahal ulang tahunnya sudah lewat 3 bulan.
Misalnya, kita berhasil menghentikan dulu segala hal yang masuk dan membuat jadwal aktivitas kita dengan memasukan semua pending item kita, maka bisa jadi seluruh pending item tersebut mengisi hari kita 1 atau 2 minggu ke depan. Mencoba menyelesaikan pekerjaan 1 minggu dalam 2 hari? Terang saja gagal.
Memang sebuah perspektif yang salah bila kita beranggapan bahwa kita bisa melakukan semua hal yang perlu kita kerjakan. Dan pendekatan penjadwalan adalah sebuah pendekatan event yang tidak akan cukup untuk menyelesaikan permasalahan manajemen waktu kita, karena sebetulnya permasalahan kita bukan hanya di banyaknya beban kerja kita, tetapi juga ketidakmampuan kita mengelola proses kerja kita.
Selama proses input kita masih setinggi itu dan kemampuan kita masih sekecil itu untuk meng-handle input yang ada, maka kita akan selalu menghadapi masalah yang sama terus-menerus. Bayangkan sebuah saluran pipa yang mempunyai lingkaran pipa yang besar di inputnya lalu semakin lama semakin mengecil. Sampai kapanpun, ujung pipa yang kecil itu tidak akan mampu menahan tekanan yang besar dari inputnya.
Karena itu-lah pendekatan produktivitas diri melihat kerja sebagai sebuah proses. Memahami proses yang ada dan mencari cara untuk bisa mengelola proses di hulu, bukan saja di hilir. Di sumber utama terjadinya demand terhadap waktu kita, bukan sekedar di pengelolaan aktivitas sehari-hari. Ini berarti mengelola semua hal yang bisa mempengaruhi demand waktu kita, termasuk sistem dan relasi kita.

 

Jumat, 26 September 2014

SOSIS MAGNUZZ





  SOSIS MAGNUZZ


Variasi rasa:

                                               1. Sosis ( Ready to eat ) rasa Rendang

 2. Sosis ( Ready to eat ) rasa Gulai
       
 3. Sosis ( Ready to eat ) rasa Lada Hitam 

 4. Sosis ( Ready to eat ) rasa Cabai Hijau

 5. Sosis ( Ready to eat ) rasa Ayam Goreng



      TERIMA PESANAN:

    Email: faridjantendi@ymail.com

     HP : 082210443626